JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 2
PEMBELAJARAN SOSIAL DAN
EMOSIONAL
“AKSI NYATA SCHOOL WELL-BEING”
Nama :
Ade Erlin
No. UKG :
2015
NIM : 242930396
Bidang Studi : Bahasa Inggris
PPG DALAM JABATAN GURU TERTENTU PILOTING 1
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN 2025
AKSI NYATA
Rangkuman School Well-Being
Konsep well-being ini kemudian dikonstruksi
oleh Konu dan Rimpela (2002) dalam konteks
sekolah, terdiri atas empat dimensi yaitu (1) having (kondisi/situasi sekolah), (2) loving (mengarah pada
hubungan sosial), (3) being (pemenuhan
diri), dan (4) health (kesehatan peserta
didik/guru secara umum).
1. Dimensi
School well-being
Konu dan
Rimpela (2002) menjelaskan empat dimensi school well-being yaitu: having, loving,
being dan health. Ada beberapa dimensi dapat menggambarkan kondisi sekolah
yang sehat atau sejahtera. Hascher (dalam Jarvela, 2011) menjelaskan kondisi
sekolah yang membahagiakan, yaitu:
1.
sikap dan emosi positif terhadap
situasi sekolah secara keseluruhan baik dari peserta
didik ataupun guru,
2.
Peserta didik memiliki
konsep diri yang positif dalam
hal akademik,
3.
guru dan peserta
didik menikmati aktivitas sekolah,
4.
guru dan peserta
didik bebas dari kecemasan untuk pergi bersekolah,
5.
guru dan peserta
didik bebas dari berbagai keluhan
mengenai kondisi sekolah,
dan
6.
tidak ada masalah/konflik yang berat di sekolah.
Faktor yang memengaruhi School well-being adalah
1.
stres guru (Anda dapat merujuk
pada topik 2),
2.
potensi/kemampuan dan motivasi peserta
didik, dan
3.
kondisi sosial emosional
peserta didik dan guru (emotional literacy).
Setelah Anda memahami bagaimana
lingkungan, kondisi emosi, kepribadian, dan banyak hal lain
memengaruhi school well-being, jelaskan pendapat Anda:
1.
bagaimana Anda sebagai
guru mengelola emosi supaya bisa berpengaruh positif
pada lingkungan pembelajaran Anda? dan
2.
bagaimana menciptakan lingkungan positif dengan kemampuan
peserta didik yang beragam?
Sebagai
seorang guru Bahasa Inggris SMA, saya menyadari bahwa mengelola emosi adalah
kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif. Berikut adalah
pendekatan yang saya terapkan:
1. Mengelola Emosi untuk Pengaruh Positif di Lingkungan
Pembelajaran
Mengelola
emosi bukan berarti menyembunyikannya, melainkan memahami dan menyalurkannya
secara konstruktif.
●
Self-Awareness
dan Refleksi Diri: Saya selalu berupaya untuk memahamai apa yang mejadi pemicu emosi saya.
Apakah saya merasa kesal frustrasi ketika peserta didik tidak memahami materi
tertentu, atau cemas ketika tugas adminstratif menumpuk? Setelah
mengidentifikasi pemicunya, saya melakukan refleksi diri: mengapa emosi ini
muncul dan bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya? Menulis catatan harian
atau meditasi singkat sebelum mengajar sangat membantu saya untuk menjernihkan
pikiran.
●
Strategi
Pengendalian Emosi: Ketika emosi negatif mulai muncul, saya
memiliki beberapa strategi cepat:
○
Teknik
Pernapasan: Saya biasanya menarik napas perlahan dan dalam
beberapa kali. Ini membantu saya untuk menenangkan tubuh dan memberi ruang
untuk berpikir jernih sebelum merespon situasi.
○
Jeda
Singkat: Jika memungkinkan, saya akan mengambil jeda
singkat dari situasi tersebut, misalnya dengan pergi ke belakang kelas atau
meminta peserta didik mengerjakan tugas individu sebentar. Ini memberikan
kesempatan kepada saya untuk menenangkan diri.
○
Melihat
dari Perspektif Lain: Saya mencoba untuk memahami situasi dari sudut
pandang peserta didik. Mungkin mereka kesulitan karena materi terlalu rumit,
atau ada masalah pribadi yang memengaruhi konsentrasi mereka. Empati ini
membantu mengurangi frustrasi.
●
Komunikasi
yang Efektif: Saya selalu berusaha untuk mengontrol emosi agar
tidak meledak dalam bentuk kemarahan ataupun sikap sinis. Jika saya merasa
kesal, saya akan menyampaikan secara
tenang dan jelas, misalnya, "Saya sedikit kecewa karena banyak dari
kalian belum menyerahkan tugas. Mari kita diskusikan apa hambatannya." Ini
menunjukkan bahwa saya peduli, bukan sekadar marah.
●
Menciptakan
Suasana Kelas yang Mendukung: Saya percaya bahwa jika guru tenang dan
positif, peserta didik akan cenderung mengikuti. Saya selalu berusaha untuk
memulai kelas dengan senyuman, menggunakan humor yang sehat, dan memberikan
umpan balik yang membangun. Ini menciptakan lingkungan yang aman di mana para peserta
didik tidak takut untuk mencoba dan melakukan kesalahan.
2. Menciptakan Lingkungan Positif dengan Kemampuan Peserta Didik
yang Beragam
Keberagaman
adalah kekuatan, dan saya memanfaatkannya untuk memperkaya proses pembelajaran.
●
Diferensiasi
Pembelajaran: Saya tidak menerapkan satu metode pengajaran
yang sama untuk semua peserta didik, karena setiap individu memiliki kebutuhan
dan gaya belajar yang berbeda.
○
Konten: Saya
menyediakan materi pembelajaran dalam berbagai format, seperti teks, video,
audio, dan visual agar peserta didik bisa memilih media yang paling sesuai bagi
mereka.
○
Proses: Saya
menawarkan berbagai cara untuk belajar,
seperti diskusi kelompok, proyek individu, role-play, atau latihan
berbasis game.
○
Produk: Untuk
menunjukkan pemahaman, peserta didik bebas memilih cara yang mereka sukai,
misalnya berupa presentasi, tulisan esai, membuat poster, atau rekaman
suara/video. Ini memastikan setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk untuk
tampil maksimal dan merasa percaya diri.
●
Pembelajaran
Kooperatif: Saya sering mengelompokkan peserta didik
dengan kemampuan yang beragam. Peserta
didik yang lebih mahir dapat membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan,
dan peserta didik yang kurang percaya diri bisa mendapatkan dukungan. Cara ini
membangun sikap saling bantu, menumbuhkan empati, dan melatih kemampuan
komunikasi diantara para peserta didik.
●
Penekanan
pada Perkembangan Individu, Bukan Perbandingan: Saya
selalu menekankan bahwa setiap peserta didik memiliki kecepatan belajar yang
berbeda. Fokus utama saya adalah kemajuan masing-masing peserta didik dari
titik awal mereka, bukan membandingkan mereka dengan peserta didik lain. Saya
memberikan pujian atas usaha dan kemajuan yang dicapai, bukan hanya semata-mata
pada nilai atau hasil akhir.
●
Fleksibilitas
dan Kesabaran: Saya memahami bahwa setiap peserta didik
memiliki ritme belajar yang berbeda. Ada yang butuh waktu lebih lama untuk
memahami materi, sementara ada pula yang cepat tanggap dan siap naik ke tingkat
selanjutnya. Oleh karena itu, saya bersikap fleksibel terhadap batas waktu
tugas jika diperlukan, dan membimbing mereka dengan penuh kesabaran sesuai
kebutuhan masing-masing.
●
Memanfaatkan
Potensi Unik Peserta didik: Saya berusaha untuk mengenali kelebihan dan
minat khusus masing-msing peserta didik. Misalnya, jika ada peserta didik yang
gemar menggambar, saya akan mendorong mereka menyalurkan pemahaman lewat mind
map bergambar. Jika ada yang percaya diri berbicara, saya beri mereka peran
dalam memimpin diskusi. Pendekatan ini membuat peserta didik merasa lebih
dihargai dan terlibat secara pribadi dalam pembelajaran.
●
Membangun
Hubungan Positif: Saya berusaha untuk mengenal para peserta
didik satu per satu, seperti apa yang mereka sukai, kesulitan yang mereka
hadapi, dan cita-cita yang ingin mereka capai. Hal ini membantu saya
menciptakan suasana belajar yang hangat dan mendukung. Ketika peserta didik
merasa diperhatikan dan dihargai, mereka cenderung lebih semangat untuk
terlibat dalam proses pembelajaran.
Dengan
kemampuan mengelola emosi secara bijak serta menerapkan pendekatan pembelajaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, saya percaya bahwa saya mampu
membangun suasana belajar Bahasa Inggris yang ramah, terbuka, dan mendukung
perkembangan setiap peserta didik secara optimal.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Pesan Di sini